Mahalnya Biaya Pendidikan
Setiap awal tahun ajaran baru, jerit dan tangisan hati para orangtua dari keluarga miskin merebak hampir di setiap daerah. Mereka membayangkan bahwa anak-anak mereka akan tersisih dari pergaulan di dunia pendidikan, tempat satu-satunya harapan akan masa depan yang mereka cita-citakan.
Jangankan menikmati pendidikan yang berkualitas, sekadar masuk ke sekolah dengan standar minimal saja mereka harus berjuang dengan keringat untuk dapat membayar uang gedung beserta biaya bulanannya (SPP). Pendidikan gratis sepertinya hanya “iming-iming” para petinggi Negara, yang kita tidak tahu kapan akan terealisasi.
Jika kita telisik, masih banyak daerah-daerah terpencil yang sekolahnya dapat dikatakan tidak layak huni karena hampir roboh. Dan celakanya lagi, pemerintah tidak memperhatikan hal tersebut. Setiap ditanya tanggung jawabnya, pemerintah berdalih akan segera merenovasi dan membebaskan biaya sekolah. Tetapi entah itu hanya janji belaka atau hanya untuk menenangkan hati para orangtua siswa. Padahal siswa yang bersekolah sangat berantusias meski sekolah yang mereka tempati hampir roboh.
Mahalnya biaya pendidikan terkadang tidak sesuai dengan fasilitas yang memadai. Seperti halnya pengadaan buku yang kurang lengkap sehingga siswa harus membeli sendiri di luar dan ruang kelas yang tidak nyaman. Pendidikan yang baik dan berkualitas memang perlu biaya. Akan tetapi, apakah biaya itu harus dibebankan kepada warga Negara yang jelas-jelas tidak mampu menanggungnya? Di sinilah tanggung jawab Negara layak dipertanyakan. Sejatinya, pendidikan itu untuk apa dan siapa?
NOVIATI DIAN PERTIWI
153080076 / G
Selasa, 18 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar