Sabtu, 29 Mei 2010

artikel opimi

oleh : ari nena septa D.R
153080065

Hasil UN Disambut Pesta Pora Pencari Warta

Tahun 2010 ini tingkat kelulusan siswa-siswi tingkat SMA maupun SMP mengalami degradasi dari tahun sebelumnya. Bahkan menurut kabar ada salah satu sekolah didaerah yogyakarta yang memiliki tingkat kelulusan 0%dalam artian bisa dkatakan 100% siswa mengalami kegagalan UN. Protes keras banyak dilayangkan pada pemerintah karena kegagalan ini merupakan tanggung jawab pemerintah yang menetapkan standar tinggi. Ketika fenomena tragis ini terjadi ternyata ada pihak yang mengambil keuntungan dengan pesta pora atas keuntungan ini. Dan nampaknya memang pengumuman hasil UN tahun 2010 ini merupakan berkah besar bagi pencari warta disamping kasus century dan kasus politik lainnya.

Kemerosotan Kualitas.

Upaya pemerintah untuk menaikkan grade nilai kelulusan minimal 5,5 dalam rangka menaikkan kualitas pendidikan ternyata di luar prediksi dan berakibat pada semakin banyaknya siswa yang tidak lulus, namun hal ini sepenuhnya tidak bisa dibebankan pada pemerintah secara sepihak saja. Kecurangan demi kecurangan banyak dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Sebagai contohnya menyebar jawaban soal UN kepada para siswa dan hal ini berakibat siswa siswi yang akan mengikuti ujian terbuai dan menganggap enteng UN tanpa harus belajar keras untuk mendapatkan hasil yang optimal. Dan yang membuat miris ternyata salah satu sekolah di yogyakarta pihak sekolah mengundang para orag tua siswa untuk bekerja sama agar anak didiknya bisa lulus bukan dengan belajar tapi dengan mengandalkan kunci jawaban yang notabene kecurangan tersebut telah sampai ke telinga pemerintah dan akhirnya kunci jawaban tersebut dirubah. Jika terus seperti ini mana bisa kualitas anak didik di Indonesia mengalami peningkatan karena seari awal mereka diajarkan untuk menghalalkan segala cara bukan memperoleh sesuatu dengan usaha mereka sendiri.


Berkah Ujian Nasional

Hiruk pikuk suasana UN menjadi makanan mewah bagi pencari warta, setiap detik perkembangan UN selalu dibingkai menjadi berita yang menarik untuk disimak. Tangisan dan keluhan peserta UN menjadi sumber inspirasi untuk menuliskan sebuah pemberitaan. Bahkan sebelum pengumuman hasil UN sudah ada slentingan tentang hasil UN yang jauh menurun dibanding tahun sebelumnya. Bahkan ada petinggi yang memberikan statement kali para wartawan akan mendapatkan berita bagus dari hasil UN.
Hal semacam ini sungguh sangat disesalkan kenapa di saat media yang seharusnya bisa membantu masyarakat, tapi justru senang menunggu kabar buruk di tengah-tengah masyarakat. Memang ketika media sudah dijadikan lahan industri fungsi-fungsi normatif media ke masyarakat akan terabaikan. Lalu mampukah media menunjukkan sikap yang semestinya dengan memperhatikan kembali fungsi media yang sesungguhnya dan tanggung jawab moralnya kepada masyarakat ??.

tajuk rencana

oleh : ari mema septa D.R
153080065

Bongkar Topeng Terorisme

Muncul berbagai pertanyaan seputar teroris, sebenarnya jaringan teroris macam apa yang mengancam negeri ini.
Aktivitas terorisme makin meresahkan masyarakat. Sejumlah ancaman terror disebar . polah tingkah para anggota kepolisian terlihat lebih sigap dalam aksi penggrebekan di sejumlah tempat yang diduga menjadi markas teroris dalam merencanakan aksi terror mereka.
Bisa dibilang era saat ini merupakan era yang gencar akan aksi terrorisme, berbagai ancaman dilayangkan untuk membuat kecemasan dan ketakutan tumbuh di benak masyarakat. Tidak hanya di dalam negeri, kasus terorisme juga menghantui beberapa negara. Akan tetapi jika dicermati kasus terorisme yang terjadi di Indonesia memiliki perbedaan yang mencolok dengan aksi terorisme di amerika, misalnya saja aksi terorisme di amerika selalu ada pihak yang akan bertanggung jawab disini dalam artian pelaku teroris akan mengatasnamakan lembaga dai teroris mana ia tergabung.
hal ini sangat bertolak belakang dengan aksi terorisme yang terjadi di Indonesia dimana pelaku teroris setelah melakukan aksi kejahatan tidak berani menunjukkan atau mengekspose siapa yang akan bertanggunga jawab. Aksi terorirme di negeri ini menuntut kerja keras dari pihak kepolisian untuk lebih sigap dan cerdas untuk membongkar kedok jaringan terorisme yang selama ini bersliweran dengan menyebar terror di sejumlah wilayah.
Kinerja aparat kemananan dan pemerintah dirasa masih kurang untuk menangani kasus terorisme. Terlalu banyak kasus yang melanda negeri ini. Yang sebenarnya kasus tersebut hanya dibuat-buat untuk menjatuhkan satu sama lain. Mungkin sudah seharusnya kita mulai konsen akan permasalahan yang benar-benar mengancam keamanan masyarakat.
Tuntutan keamanan menjadi hal utama yang saat ini dinginkan masyarakat, dan sudah seharusnya aparat keamanan lebih sigap lagi dalam memberantas kasus terorisme agar masyarakat bisa memperoleh rasa aman dan tidak terbayang-bayangi oleh ancaman bom.

Kamis, 27 Mei 2010

Teroris Juga Manusia

Penangkapan teroris dengan beradu tembakan menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Haruskah teroris mati di tangan manusia?

Akhir-akhir ini bangsa Indonesia dikejutkan dengan maraknya penangkapan teroris. Hal ini tentu saja membuat bangga aparat kepolisian terutama para anggota Densus 88 antiteror. Namun, di lain pihak anggota Densus 88 ini melakukan penangkapan dengan cara yang bisa dibilang kurang manusiawi. Karena mereka bersenjatakan pistol laras panjang dan menembak mati para teroris.

Ketika anggota Densus 88 sedang menggrebek salah satu teroris yaitu Noordin M. Top di Temanggung tahun lalu, masyarakat pun turut dievakuasi ke tempat yang lebih aman yang jauh dari lokasi penggrebekan. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat tidak terkena peluru nyasar atau bom yang sewaktu-waktu meledak dari dalam rumah yang ditempati teroris tersebut.

Sejauh ini penembakan teroris adalah cara jitu yang kerap dilakukan oleh anggota Densus 88. Padahal sesungguhnya dalam penangkapan itu tidak diharuskan menembak mati tersangka teroris. Karena kita butuh adanya kejelasan informasi dari tersangka tersebut, sehingga nantinya jaringan teroris dapat dilenyapkan hingga akar-akarnya.

Masyarakat menilai, penembakan teroris itu tidak akan menyelesaikan masalah. Tetapi justru malah menambah masalah. Sekarang ini dapat kita lihat pada tayangan berita adanya penangkapan teroris di Aceh, Jakarta hingga Solo. Menembak seseorang entah itu bersalah atau tidak sama saja melanggar hak asasi seseorang. Karena setiap orang mempunyai hak untuk memperbaiki kesalahan. Di lain pihak, masyarakat juga pro dengan adanya penembakan sebagai cara jitu untuk melenyapkan jaringan teroris. Supaya mereka tidak berkeliaran lagi dan merugikan masyarakat.

Kiranya aparat kepolisisn perlu melakukan evaluasi sebagai bagian dari upaya pemberantasan teroris, sehingga perlu dipertimbangkan lagi cara yang baik dan tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Teroris mempunyai hak hidup, karena teroris itu juga manusia.-BlingblingMagz

NOVIATI DIAN PERTIWI / 153080076 (G)

ANCAMAN TERORISME BELUM BERAKHIR

Peristiwa terorisme bagi bangsa Indonesia belum mencapai titik akhir. Walaupun pemberitaan Noordin .M. Top, teroris nomor satu di Indonesia sudah diketahui oleh publik.


Bangsa Indonesia sering diberitakan dengan adaanya kasus terorisme yang cukup berkepanjangan. Dengan kematian gembong teroris nomor satu yaitu Noordin .M. Top, membuat pihak pemerintah yang menugaskan densus 88 merasa puas dan bangga dengan kerja keras mereka.


Kita tentunya selaku masyarakat Indonesia ikut berbangga hati terhadap kinerja pihak keamanan Negara Indonesia. Namun, apabila di lihat secara mendalam dampaknya bagi masyaraakat Indonesia sendiri, masih ada rasa kekhawatiran. Bagi masyarakat sendiri, dengan kematian Noordin .M. Top itu bukan akhir dari peristiwa terorisme bagi bangsa Indonesia. Mereka berpikir masih banyak anggota-anggota teroris yang siap beraksi untuk tidak segan-segan membuat guncangan di negara Indonesia. Anggota terorisme tersebut tidak lain atau tidak bukan anggota teroris yang diciptakan oleh Noordin .M. Top. Karena menjadi teroris nomor satu dengan adanya anggota-anggotanya dia dapat melakukan misinya yang sangat mengguncangkan negara Indonesia.


Masalah yang sebenarnya dapat di selesaikan secara sehat dan bijaksana menjadi suatu masalah yang berkepanjangan, akibatnya membuat banyak berjatuhan korban yang tidak tahu menahu apa yang menjadi visi dari teroris tersebut. Selain itu, Terorisme di Indonesia membuat perekonomian negara ini sempat menurun, pendapatan dari wisatawan asing sedikit ketimbang sebelum adanya ancaman terorisme bagi bangsa ini. Wisatawan asing merasa takut dan khawatir untuk berkunjung ke negara Indonesia. Khususnya kota Bali yang menjadi sasaran utama bagi terorisme, dan menjadi pusat perekonomian wisata utama bagi Negara ini.


Ancaman akan adanya terorisme akan terus dirasakan dan tentunya masih belum menemukan garis akhir. Aparat keamanan lebih di pertegas, jangan cukup puas karena kematian Noordin .M. Top, itu akhir dari fenomena terorisme bagi bangsa Indonesia. Bingblingmagz.


Noni Febrina Saetban

153080085 / G

Selasa, 18 Mei 2010

OPINI BERITA

UAN DAN KETAKUTAN SELURUH UMAT


“Setiap tahun kelulusan menjadi hal yang sangat ditakuti oleh sebagian besar pelajar. Mereka seperti berada dalam belenggu ketakutan yang mendalam. Ketakutan yang akhirnya hanya akan membawa mereka pada kesengsaraan.”
Para pelajar SMP, dan SMA khususnya kelas 3 setiap tahun pasti dihadapkan pada kenyataan menakutnya yaitu yaitu ujian nasional. Para pelajar seperti dihadapkankan pada kenyataan lulus atau tidak lulus. Sangat mengherankan, kenapa sebagian besar pelajar harus merasa takut dengan ujian nasional.? Bukankah ilmu yang mereka terima selama 3 tahun di lingkup sekolah sudahlah sangat cukup.? Mengapa banyak diantara mereka yang tidak cukup opimis dalam menghadapi ujian nasional.
Kehidupan itu memang atas rencana tuhan, namun kita tetap masih bisa berusaha untuk membuat rencana itu lebih baik. Namun sebagian besar dari kita tidak berani menghadapi hal yang mungkin kita anggap sulit, maka bukan tidak mungkin kegagalan itu akan kita alami. Sama halnya dengan ujian kelulusan, pelajar harusnya bisa menyiapkan perasaan gugup dan cemas dengan terus berusaha dan berdoa. Namun yang terjadi, kelulusan tahun ini sangatlah mengecewakan, hanya sedikit sekolah yang bisa meluluskan siswa 100 persen. Apakah ini kesalahan dari guru?sekolah? Atau para siwa sendiri.
Sebenarnya suatu kelulusan itu dapat dicapai dengan usaha yang keras dan berdoa. Guru dan sekolah hanyalah sebagai fasilitator. Tergantung bagaimana siswa tersebt menumbuhkan kesadaran yang mendalam agar segala keinginan mereka termasuk lulus dan mendapat nilai yang terbaik bisa tercapai.
YESSIE PERWITASARI (153080096/G)

OPINI BERITA

Mahalnya Biaya Pendidikan

Setiap awal tahun ajaran baru, jerit dan tangisan hati para orangtua dari keluarga miskin merebak hampir di setiap daerah. Mereka membayangkan bahwa anak-anak mereka akan tersisih dari pergaulan di dunia pendidikan, tempat satu-satunya harapan akan masa depan yang mereka cita-citakan.

Jangankan menikmati pendidikan yang berkualitas, sekadar masuk ke sekolah dengan standar minimal saja mereka harus berjuang dengan keringat untuk dapat membayar uang gedung beserta biaya bulanannya (SPP). Pendidikan gratis sepertinya hanya “iming-iming” para petinggi Negara, yang kita tidak tahu kapan akan terealisasi.

Jika kita telisik, masih banyak daerah-daerah terpencil yang sekolahnya dapat dikatakan tidak layak huni karena hampir roboh. Dan celakanya lagi, pemerintah tidak memperhatikan hal tersebut. Setiap ditanya tanggung jawabnya, pemerintah berdalih akan segera merenovasi dan membebaskan biaya sekolah. Tetapi entah itu hanya janji belaka atau hanya untuk menenangkan hati para orangtua siswa. Padahal siswa yang bersekolah sangat berantusias meski sekolah yang mereka tempati hampir roboh.

Mahalnya biaya pendidikan terkadang tidak sesuai dengan fasilitas yang memadai. Seperti halnya pengadaan buku yang kurang lengkap sehingga siswa harus membeli sendiri di luar dan ruang kelas yang tidak nyaman. Pendidikan yang baik dan berkualitas memang perlu biaya. Akan tetapi, apakah biaya itu harus dibebankan kepada warga Negara yang jelas-jelas tidak mampu menanggungnya? Di sinilah tanggung jawab Negara layak dipertanyakan. Sejatinya, pendidikan itu untuk apa dan siapa?





NOVIATI DIAN PERTIWI
153080076 / G

OPINI BERITA

FACEBOOK

POSITIF ATAU NEGATIF ?

Kisah percintaan pasangan muda mudi antara Arianto Kurniawan alias Ari (18) dan Febrianti Kumala (13) berakhir dengan tragis. Cerita cinta yang berawal melalui media jejaring sosial facebook dari bulan Oktober 2009. hubungan percintaan ini berujung dengan penangkapan Ari yang dituduh telah melarikan dan mencabuli gadis dibawah umur. Kasus ini membuat Ari terancam hukuman pidana 9 tahun. Bukan hanya kasus itu saja, banyaknya perkataan yang kurang baik atau dengan menghina orang lain. Orang saling bertikai didalam dunia maya jejaring sosial ini, dilakukan sesama facebookers sampai diusut kepolisian.


Kasus diatas adalah contoh sisi gelap atau memperlakukan jejaring ini secara negatif dalam menggunakan facebook. Secara nyata, lebih dari 200 juta penduduk dunia menggunakan facebook sebagai media komunikasi. Penggunaa facebook atau facebookers yang menggunakannya baik dari anak-anak maupun kaum dewasa. Bayangkan apabila situs jejaring sosial ini digunakan pada hal-hal yang negatif, pasti akan membuat image yang kurang berkenan atau memperburuk citra facebook di mata masyarakat dunia. Facebook tidak lagi sebagai situs jejaring sosial yang aman digunakan, akan banyak kasus yang terjadi dan dapat merugikan berbagai pihak.


Memang tidak semua masyarakat yang dapat menilai bahwa media facebook dapat digunakan dalam hal yang negatif. Masih banyak facebook yang digunakan para facebookers untuk hal-hal yang positif, misalnya orang-orang dapat mengiklankan produknya dan mendapatkan keuntungan, menjalin pertemanan dengan cara yang positif, dan bagi pelajar maupun mahasiswa dapat menjalin komunikasi untuk mengerjakan tugas-tugas dalam studinya. Akan tetapi, pada dasarnya situs jejaring sosial salah satunya facebook mempunyai sisi negatif maupun positifnya. Ini tergantung bagi penggunanya saja, apakah mereka menggunakannya untuk hal yang positif atau negatif. Pemahaman yang komprehensif harus ditanamkan pada pengguna facebook agar bijak dan secara tepat dalam memberikan tambahan suatu manfaat dan meminimalkan sisi negatifnya.


Facebook mempunyai aturan bahwa memperbolehkan bagi pengguna facebook harus di atas umur 13 tahun, itu tidak akan menjadi solusi yang tepat, karena banyak pengguna facebook yang berumur 13 tahun. Semua orang dari anak-anak sampai orang tua bisa menjadi facebookers. Mereka bisa saja dengan mudah mengganti umur saat mengisi member facebook. Facebook di negara Indonesia mencapai peringkat kedua didunia facebook dan mayoritas yang menggunakannya adalah para pemuda. Apabila ini tidak dipantau dan di arahkan dengan benar akan menimbulkan hal-hal yang tidak di inginkan, seperti kasus Ari dan Rianti.


Pertama, para pengguna facebook melakukan komunikasi yang baik dan sehat. Baik dari tuliasan maupun gambar. Pada saat up date status, baiklah menggunakan kata-kata yang sopan, yang dapat membangun dan memberikan semangat baik diri sendiri maupun orang lain. Dan gambar-gambar yang dikirim harus layak untuk ditampilkan dan lihat. Selain itu, pesan yang dikirimkan haruslah bermanfaat, memuat suatu artikel yang positif, info-info kegiatan dan lain sebagainya. Dengan mengakses seperti itu bisa menumbuhkan rasa kebersamaan, kekeluargaan, dan keharmonisan bagi sesama pengguna jejaring sosial facebook ini.


Kedua, bimbingan dan pengawasan orang tua sangat perlu diterapkan secara khusus bagi anak-anaknya yang menggunakan facebook. Hal ini bukan sebagai larangan untuk berhenti total menggunakan facebook dalam mengembangkan kekreativitasnya melainkan sebagai pengawasan atau proteksi dini dan wujud kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya. Harus dikontrol secara tepat dan efisien.


Ketiga, bimbingan dan pengawasan dari pemerintah pun dapat dilakukan bukan hanya dari orang tua saja. Seperti kasus razia pengguna facebook di Depok di rental-rental internet. Terbukti ada pelajar yang mengakses facebook pada saat jam pelajaran sekolah. Sehingga, pemerintah Kabupaten Depok melarang pelajar menggunakan facebook saat jam pelajaran dimulai. Peraturan lain dari pemerintah diharapkan dapat disebarkan didaerah lain, sesuai dengan kebijakan masing-masing pemerintah daerahnya itu sendiri. Kebijakan ini tentunya tidak menghambat keterampilan atau kreativitas, melainkan dengan tujuan untuk menyadari pentingnya sikap saling menghargai dan memberikan suasana yang aman terkendali atau kondusif dalam masyarakat, agar kasus-kasus dari pengguna facebook ini tidak lagi terjadi.


Diharapkan sekali kesadaran dari pengguna facebookers, pengawasan dan bimbingan orang tua maupun kebijakan dari pemerintah secara intensif. Tujuannya agar kasus-kasus penyalahgunaan facebook ini di minimalisasikan. Sehingga pengguna facebook ini tidak akan sia-sia dalam menggunakannya, akan ada dampak yang positif dari mengakses facebook ini. Tidak perlu lagi yang namanya jejaring sosial ini di gunakan untuk kejahatan. Walaupun hal-hal yang negatif ini tidak akan dapat di tuntaskan secara cepat, bahkan melalui proses yang panjang, alangkah baiknya apabila mempunyai kekuatan dan tekad yang tulus untuk memahami dan mengendalikan diri dalam hal emosional manusia itu sendiri yang dapat membangun suatu benteng pertahanan pada sikap negatif dari facebook. Sehingga terwujudnya sikap saling menghormati, menghargai, dan timbulnya bentu persahabatan yang tulus dan positif..

(BlingBlingMagz-o)

Noni Febrina ( 153080085 )

Penulisan Opini Berita