AKHIRNYA KEMBALI KE KOTA ASAL
”Istilah orang Jawa bilang yang cocok buat saya itu seperti kerbau pulang kekandangnya”, kata Pak Ilyas dengan senyum merekahnya.
Malam yang sangat ceria dan bersahabat meliputi jalan malioboro kota Yogyakarta. Jalan yang tidak pernah mati ini sangat ramai di kunjungi oleh banyak orang yang ingin bersantai sejenak dari aktivitas yang sangat padat. Hiruk pikuk sekitar Malioboro juga di ramaikan oleh masyarakat kecil yang berjualan, mencoba peruntungan mereka di sekitar jalan Malioboro ini. Seperti halnya Bapak Ilyas dengan wajahnya yang bersahaja menjual dagangannya kepada orang-orang yang ingin merasakan hangatnya segelas kopi sambil menikmati suasana Malioboro malam itu. Profesi sebagai penjual kopi asongan sudah di jalani Bapak Ilyas selama 6 bulan dari awal Januari tahun 2010. ”Saya mulai berjualan dari jam 8 sampai jam 12, kadang-kadang juga sampai subuh saya berjualannya, karena tambah malam tambah rame e mbak, apa lagi malam minggu,” kata Bapak Ilyas sambil menata gelas plastik tempat minuman dagangan kopinya. Pendapatan yang diterima oleh beliau pun bervariasi berkisar antara Rp. 15.000 sampai Rp. 45.000, apabila sekitar jalan malioboro ramai dikunjungi. Dalam menjajakan jualannya beliau tidak sendirian melainkan didampingi oleh istrinya yang bernama ibu Siti Kamsinarsih dengan profesi yang sama pula dan sesekali kedua orang anaknya mengunjungi dan membantu orang tuanya berjualan.
Sebelum menjadi penjual kopi asongan, kehidupan Bapak yang berusia 47 tahun ini sangatlah menarik untuk dikisahkan. Awalnya Bapak Ilyas tidak pernah mempunyai keinginan menjadi penjual kopi asongan. Selama 25 tahun Beliau bekerja sebagai mandor dan wakil manajer di perusahaan perkebunan kelapa sawit diluar pulau Jawa. ”Saya itu dulu tahun 1985 sampai dengan 1996 pernah tinggal dan bekerja di Sumatera, dan tahun 1996 sampai 2009 pindah lagi ke provinsi Kalimantan Tengah, profesi saya tetap sama dan tetap bekerja di perkebunan kelapa sawit”,dengan terbuka dan tidak ada rasa sungkan bapak setengah baya ini menceritakan seputar kehidupan masa lalunya yang bekerja di kota orang. ”Yah..karena eror badan saya berhenti bekerja di perkebunan kelapa sawit itu akhir tahun 2009”, lanjut Pak Ilyas sambil tertawa ringan dan sesekali tersenyum mengingat kembali masa kerjanya yang dulu. Beliau berhenti dari pekerjaannya karena mempunyai penyakit jantung yang tidak memungkinkannya untuk bekerja diperusahaan kelapa sawit, walaupun beliau mengakui pendapatan yang diterimanya sangatlah besar di pekerjaannya yang terdahulu. ”Maunya sih saya kembali bekerja di sana, tapi ya mau gimana lagi, nyawa itu ngga bisa dibeli e mbak, sayang badan, ya sudahlah saya memutuskan untuk kembali ke kota asal saya Jogja”, ucap Pak Ilyas dengan logat Jawanya yang masih kental dan dengan nada bercanda.
”Kerbau pulang ke kandangnya” istilah yang diungkapkan orang-orang Jawa sangatlah cocok apabila dikaitkan dalam perjalanan kehidupan Bapak Ilyas. Lama merantau dan mencari peruntungan di kota orang, akhirnya kembali juga ke kota kelahirannya sendiri. ”Yah...seperti itulah Bapak, beliau orangnya suka bercanda, jadi sekarang sekembalinya Bapak, rumah ngga sepi lagi. Memang dulu beliau merasakan yang namanya di atas, tapi sekarang langsung berada dibawah, namanya juga manusia mbak seperti roda, kadang di atas, tapi kadang juga dibawah”, papar ibu Siti istri bapak Ilyas yang tepat duduk berjualan di sampingnya sambil menyuguhkan segelas kopi panas kepada pembeli.
Bapak Ilyas menambahkan, dengan berjualan sebagai penjual kopi asongan ini membuatnya lebih segar daripada hanya duduk bersantai di rumah setelah berhenti dari pekerjaannya. Profesi yang beliau jalani sekarang ini pun terasa ringan, walaupun dengan jujur beliau mengakui pendapatan yang diterimanya rendah tidak seperti dulu lagi.
Penyakit yang di alami oleh Bapak Ilyas tidak akan memudarkan semangat dan kerja kerasnya dalam mencari nafkah bagi keluarganya. Beliau mengerti dan menghargai arti kehidupan yang sesungguhnya, walaupun sekarang hanya bekerja sebagai penjual kopi asongan. ”Saya ngga nyesel bekerja seperti ini, yang penting halal dan dinikmati saja”, jelas Pak Ilyas dengan sangat ramah dan senyuman lebar yang mewarnai wajah Bapak 2 orang anak ini di akhir perbincangannya.
Nama : Noni Febrina Saetban
NIM : 153080085 / G
”Istilah orang Jawa bilang yang cocok buat saya itu seperti kerbau pulang kekandangnya”, kata Pak Ilyas dengan senyum merekahnya.
Malam yang sangat ceria dan bersahabat meliputi jalan malioboro kota Yogyakarta. Jalan yang tidak pernah mati ini sangat ramai di kunjungi oleh banyak orang yang ingin bersantai sejenak dari aktivitas yang sangat padat. Hiruk pikuk sekitar Malioboro juga di ramaikan oleh masyarakat kecil yang berjualan, mencoba peruntungan mereka di sekitar jalan Malioboro ini. Seperti halnya Bapak Ilyas dengan wajahnya yang bersahaja menjual dagangannya kepada orang-orang yang ingin merasakan hangatnya segelas kopi sambil menikmati suasana Malioboro malam itu. Profesi sebagai penjual kopi asongan sudah di jalani Bapak Ilyas selama 6 bulan dari awal Januari tahun 2010. ”Saya mulai berjualan dari jam 8 sampai jam 12, kadang-kadang juga sampai subuh saya berjualannya, karena tambah malam tambah rame e mbak, apa lagi malam minggu,” kata Bapak Ilyas sambil menata gelas plastik tempat minuman dagangan kopinya. Pendapatan yang diterima oleh beliau pun bervariasi berkisar antara Rp. 15.000 sampai Rp. 45.000, apabila sekitar jalan malioboro ramai dikunjungi. Dalam menjajakan jualannya beliau tidak sendirian melainkan didampingi oleh istrinya yang bernama ibu Siti Kamsinarsih dengan profesi yang sama pula dan sesekali kedua orang anaknya mengunjungi dan membantu orang tuanya berjualan.
Sebelum menjadi penjual kopi asongan, kehidupan Bapak yang berusia 47 tahun ini sangatlah menarik untuk dikisahkan. Awalnya Bapak Ilyas tidak pernah mempunyai keinginan menjadi penjual kopi asongan. Selama 25 tahun Beliau bekerja sebagai mandor dan wakil manajer di perusahaan perkebunan kelapa sawit diluar pulau Jawa. ”Saya itu dulu tahun 1985 sampai dengan 1996 pernah tinggal dan bekerja di Sumatera, dan tahun 1996 sampai 2009 pindah lagi ke provinsi Kalimantan Tengah, profesi saya tetap sama dan tetap bekerja di perkebunan kelapa sawit”,dengan terbuka dan tidak ada rasa sungkan bapak setengah baya ini menceritakan seputar kehidupan masa lalunya yang bekerja di kota orang. ”Yah..karena eror badan saya berhenti bekerja di perkebunan kelapa sawit itu akhir tahun 2009”, lanjut Pak Ilyas sambil tertawa ringan dan sesekali tersenyum mengingat kembali masa kerjanya yang dulu. Beliau berhenti dari pekerjaannya karena mempunyai penyakit jantung yang tidak memungkinkannya untuk bekerja diperusahaan kelapa sawit, walaupun beliau mengakui pendapatan yang diterimanya sangatlah besar di pekerjaannya yang terdahulu. ”Maunya sih saya kembali bekerja di sana, tapi ya mau gimana lagi, nyawa itu ngga bisa dibeli e mbak, sayang badan, ya sudahlah saya memutuskan untuk kembali ke kota asal saya Jogja”, ucap Pak Ilyas dengan logat Jawanya yang masih kental dan dengan nada bercanda.
”Kerbau pulang ke kandangnya” istilah yang diungkapkan orang-orang Jawa sangatlah cocok apabila dikaitkan dalam perjalanan kehidupan Bapak Ilyas. Lama merantau dan mencari peruntungan di kota orang, akhirnya kembali juga ke kota kelahirannya sendiri. ”Yah...seperti itulah Bapak, beliau orangnya suka bercanda, jadi sekarang sekembalinya Bapak, rumah ngga sepi lagi. Memang dulu beliau merasakan yang namanya di atas, tapi sekarang langsung berada dibawah, namanya juga manusia mbak seperti roda, kadang di atas, tapi kadang juga dibawah”, papar ibu Siti istri bapak Ilyas yang tepat duduk berjualan di sampingnya sambil menyuguhkan segelas kopi panas kepada pembeli.
Bapak Ilyas menambahkan, dengan berjualan sebagai penjual kopi asongan ini membuatnya lebih segar daripada hanya duduk bersantai di rumah setelah berhenti dari pekerjaannya. Profesi yang beliau jalani sekarang ini pun terasa ringan, walaupun dengan jujur beliau mengakui pendapatan yang diterimanya rendah tidak seperti dulu lagi.
Penyakit yang di alami oleh Bapak Ilyas tidak akan memudarkan semangat dan kerja kerasnya dalam mencari nafkah bagi keluarganya. Beliau mengerti dan menghargai arti kehidupan yang sesungguhnya, walaupun sekarang hanya bekerja sebagai penjual kopi asongan. ”Saya ngga nyesel bekerja seperti ini, yang penting halal dan dinikmati saja”, jelas Pak Ilyas dengan sangat ramah dan senyuman lebar yang mewarnai wajah Bapak 2 orang anak ini di akhir perbincangannya.
Nama : Noni Febrina Saetban
NIM : 153080085 / G
Tidak ada komentar:
Posting Komentar