Berjualan Sate dengan Penuh Kekhawatiran
Asap tebal menyelimuti trotoar Malioboro, seorang ibu duduk sambil mengipas tusukan sate. Lalulalang manusia tidak menyurutkan ibu muda bernama Ice (20) berjuang mencari rezeki untuk bertahan hidup.
Penjual sate di depan Benteng Vredeburg ini berasal dari Kota Sampang, Madura yang telah tinggal di Jogja selama delapan tahun. Ice memilih Jogja, karena tempatnya enak dan orangnya baik dan ramah. Ia menggelar dagangannya dari pukul 17.00 - 22.00 WIB. Sehari-hari Ice berjualan sate ditemani anak semata wayangnya, Fahri (2). “Saya berangkat dari kontrakan di wilayah Bausasran dengan berjalan kaki dengan anak saya, tepatnya tiga kilometer dari Malioboro”, katanya sambil menidurkan anaknya.
Sebelumnya, ia membantu suaminya berjualan sate di Taman Parkir Abu Bakar Ali. Ternyata sifat kerja keras suaminya itu menular pada diri ibu muda ini. Ice berusaha untuk menambah pendapatan suaminya, yaitu dengan berjualan sate hingga sekarang ini. Meskipun pendapatannya itu tidak menentu, setidaknya ia membantu suaminya untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Sehari Ice dapat mengantongi lima puluh hingga tujuh puluh ribu rupiah dari hasil berjualan sate. Meskipun begitu terkadang Ice merasa sedih bila pembeli sedang ramai, ada yang belum membayar tetapi mengaku sudah membayar, belum lagi bila hujan tiba. “Saat hujan saya bingung harus menggelar dagangan dimana, apalagi saya membawa anak yang masih kecil,” ungkap Ice yang ditemui pekan lalu.
Ice juga mengaku selalu khawatir bila tiba-tiba Satpol PP datang dan mengambil barang dagangannya. Perlu diketahui, Ice berjualan di trotoar depan Benteng Vredeburg tidak menyewa tempat, karena di tempat tersebut tidak boleh untuk berjualan. “Waktu itu saya pernah kena sekali pada Januari 2010. Barang-barang saya diambil, saya sedih karena modal hilang,” kenang Ice sambil berkaca-kaca.
Tapi bagi ibu Ice, ini merupakan resiko yang harus ia hadapi, karena ia tidak menyewa tempat. Harapan ibu Ice yaitu ingin mempunyai warung sate yang nyaman, supaya bila hujan ia dan anaknya tidak kehujanan dan dapat melanjutkan berjualan serta ia dapat berjualan dengan tenang tanpa kekhawatiran barang dagangannya diambil Satpol PP lagi.
Noviati Dian Pertiwi
153080076 / G
Asap tebal menyelimuti trotoar Malioboro, seorang ibu duduk sambil mengipas tusukan sate. Lalulalang manusia tidak menyurutkan ibu muda bernama Ice (20) berjuang mencari rezeki untuk bertahan hidup.
Penjual sate di depan Benteng Vredeburg ini berasal dari Kota Sampang, Madura yang telah tinggal di Jogja selama delapan tahun. Ice memilih Jogja, karena tempatnya enak dan orangnya baik dan ramah. Ia menggelar dagangannya dari pukul 17.00 - 22.00 WIB. Sehari-hari Ice berjualan sate ditemani anak semata wayangnya, Fahri (2). “Saya berangkat dari kontrakan di wilayah Bausasran dengan berjalan kaki dengan anak saya, tepatnya tiga kilometer dari Malioboro”, katanya sambil menidurkan anaknya.
Sebelumnya, ia membantu suaminya berjualan sate di Taman Parkir Abu Bakar Ali. Ternyata sifat kerja keras suaminya itu menular pada diri ibu muda ini. Ice berusaha untuk menambah pendapatan suaminya, yaitu dengan berjualan sate hingga sekarang ini. Meskipun pendapatannya itu tidak menentu, setidaknya ia membantu suaminya untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Sehari Ice dapat mengantongi lima puluh hingga tujuh puluh ribu rupiah dari hasil berjualan sate. Meskipun begitu terkadang Ice merasa sedih bila pembeli sedang ramai, ada yang belum membayar tetapi mengaku sudah membayar, belum lagi bila hujan tiba. “Saat hujan saya bingung harus menggelar dagangan dimana, apalagi saya membawa anak yang masih kecil,” ungkap Ice yang ditemui pekan lalu.
Ice juga mengaku selalu khawatir bila tiba-tiba Satpol PP datang dan mengambil barang dagangannya. Perlu diketahui, Ice berjualan di trotoar depan Benteng Vredeburg tidak menyewa tempat, karena di tempat tersebut tidak boleh untuk berjualan. “Waktu itu saya pernah kena sekali pada Januari 2010. Barang-barang saya diambil, saya sedih karena modal hilang,” kenang Ice sambil berkaca-kaca.
Tapi bagi ibu Ice, ini merupakan resiko yang harus ia hadapi, karena ia tidak menyewa tempat. Harapan ibu Ice yaitu ingin mempunyai warung sate yang nyaman, supaya bila hujan ia dan anaknya tidak kehujanan dan dapat melanjutkan berjualan serta ia dapat berjualan dengan tenang tanpa kekhawatiran barang dagangannya diambil Satpol PP lagi.
Noviati Dian Pertiwi
153080076 / G